About Fresh Newspaper

Latest Templates

RUBRIKASI

2011 Akhir Era Oprah Winfrey?

Sabtu, 21 November 2009
oleh

Ketika kebanyakan perusahaan Amerika mengumumkan rencana bisnis yang baru, biasanya pengumuman itu hanya disampaikan lewat sebuah pernyataan di bursa Wall Street atau dalam pertemuan dengan beberapa orang analis yang berpengaruh. 
 
Namun ketika perusahaan itu bernama Opran, Inc, berita itu disampaikan dengan air mata dan jelas dengan pernyataan yang menyentuh perasaan didepan kamera. 

Kita diberi waktu cukup untuk menyiapkan diri bagi satu perubahan di masa mendatang.
Edisi terakhir dari acara yang dipasarkan lewat sindikasi ke 200 pasar diseluruh Amerika dan 140 negara diseluruh dunia, akan disiarkan akhir musim 2011. 

Oprah mengatakan kepada para pemirsanya bahwa setelah berfikir masak-masak dan berdoa, rasanya "25 tahunnya sudah cukup".

Memang pengumuman ini tidak terlalu mengguncang seperti digambarkan dalam dunia blog, tetapi kalau anda menonton pengumuman ini, anda bisa merasakan bahwa anda sedang menyaksikan peristiwa besar dalam sejarah pertelevisian Amerika. 

Begitu dalam dan intens hubungan Amerika dengan Oprah, keputusan ini disebut-sebut oleh media sebagai akhir sebuah era. 

Para pemirsa mengingat acara ini dimana dia pernah memberi setiap pemirsa sebuah mobil baru atau cara dia merayakan ulangtahun ke-20 program ini dengan membawa seribu stafnya berlibur ke Hawaii. 

Sebenarnya yang terjadi adalah perubahan teknologi dan model bisnis dalam dunia penyiaran. 

Oprah menjadi kaya dengan memegang hak sindikasi siaran programnya yang dijual ke banyak stasiun televisi. Namun dimasa depan, cara mencapai pemirsa sudah sangat berbeda.

Oprah sudah punya usaha baru dengan Discovery, salah satu pemain besar dalam industri penyiaran Amerika, dan proyek ini akan diluncurkan tahun 2011. 

Jadi sangat masuk akal untuk menduga bahwa dia akan muncul dalam televisi kabel yang baru, The Oprah Winfrey Network, untuk memastikan saluran ini berawal dengan baik dalam peta televisi Amerika yang begitu padat. 

Jika perempuan terkaya dalam dunia penyiaran Amerika berpendapat inilah saatnya masuk ke dunia televisi kabel, maka industri penyiaran harus berdiri dan mencatatnya. 

Bicara secara terbuka

Penonton, memang berdiri dan mencatat hal ini karena Oprah menjadikan dirinya sebagai bagian dari hidup mereka yang bisa diduga dan nyaman selama 25 tahun belakangan. 

Perubahan ini menjadi kesempatan bagi penonton Amerika untuk merefleksikan apa maksud Oprah, kira-kira sama seperti ulang tahun kerabat kesayangan anda dimana kerabat tersebut memberikan kesempatan kepada anda untuk menyatakan rasa sayang anda.
Riwayat hidupnya yang panjang dan berwarna, penderma, penerbit majalah, penyiar, kritikus sastra, produser dan aktris yang pernah dicalonkan mendapat Oscar, hanya sebagian dari cerita. 

Kekayaannya yang luar biasa juga tidak bisa menggambarkan Oprah secara keseluruhan, walaupun dia dijuluki sebagai wanita kulit hitam satu-satunya di dunia yang menjadi milyuner dan selama beberapa tahun tercatat sebagai satu-satunya milyuner warga kulit hitam Amerika. 

"Pengaruhnya begitu besar sehingga seperti berkuasa"

Sebagian kekuasaannya terletak pada fakta bahwa kisah hidup dia bergaung di telinga para pemirsanya, seperti mimpi Amerika tetapi versi yang diperbesar. 

Dia lahir di desa miskin di Amerika bagian Selatan dan masa kecilnya sulit serta diwarnai pelecehan dan hamil ketika remaja, sehingga akhirnya punya karir yang sukses luar biasa di televisi. 

Dia menjadi bintang karena cara dia membuka diri atas persoalan-persoalannya kepada para pemirsa. Ada sesuatu dalam kejujurannya dan kadang-kadang sikapnya yang terus terang padahal sangat menyakitkan secara emosi yang merebut hati satu kalangan tertentu di Amerika. 

Oprah berbicara mengenai pelecehan yang dialaminya, sehingga ketika dia berbicara mengenai contohnya, kasus pelecehan, dia berbicara sangat terbuka dan nyata sehingga tidak mungkin penyiar lain bisa menandinginya dalam soal-soal seperti itu. 

Para pemirsanya berbagi kegembiraan dan kesedihannya. Para penontonnya juga membaca buku yang direkomendasi oleh Oprah dan penontonnya juga berempati pada perjuangannya melawan kegemukan, karena berat badannya memang naik turun. Mereka juga membentuk pandangan mereka tentang dunia lewat acara-acara Oprah. 

Pengaruh politik 

Pengaruhnya begitu besar sehingga mirip dengan kekuasaan. Keputusannya untuk mendukung Barack Obama menjadi presiden, jauh sebelum Obama difavoritkan menang merupakan kunci penting dalam kampanye Obama. 

Obama sendiri punya sejarah hidup yang memberikan inspirasi pada orang-orang lain, tetapi dengan mendukung Obama, Oprah juga berhasil membuat hidupnya memberikan inspirasi juga. 

Itu adalah momen yang membuktikan Oprah memang unik. Coba bayangkan calon-calon presiden Amerika mencari dukungan dari seorang presenter televisi. 

Oprah tentu saja dipandang sebagai lambang keberhasilan kaum kulit hitam, dan memang dia adalah ikon. 

Kebanyakan tulisan mengenai Oprah membuat anda yakin bahwa dia akan segera keluar dari pentas nasional. Hal itu kemungkinan besar tidak akan terjadi. Saluran baru Oprah akan memperkuat posisinya sebagai salah satu wiraswasta yang paling penting di industri penyiaran Amerika. 

Ini mungkin akhir dari sebuah era siaran televisi, tetapi Oprah masih akan berkibar. (bbc/vd)

Read Full 0 komentar

Pembatik di Jember Turun Temurun

Rabu, 21 Oktober 2009
editor Prima Sp Vardhana


WARGA yang membuat batik (pembatik) di Kecamatan Sumberjambe, Kabupaten Jember, Jawa Timur, merupakan pekerjaan yang diwariskan secara turun temurun di kecamatan setempat.

"Saya belajar batik dari ibu saya, sedangkan ibu saya juga belajar batik dari nenek saya," kata Sumiati (31), salah seorang pembatik di Kecamatan Sumberjambe.

Menurut dia, pekerjaan membatik cukup sulit karena memerlukan ketekunan dan ketelitian untuk membatik di sebuah kain putih yang sudah diberi pola batik tersebut. "Sebagian besar pembatik di sini juga belajar membatik secara turun temurun," katanya.

Sebagian warga yang belajar untuk membatik, kata dia, tidak bertahan lama, apabila tidak memiliki keinginan yang kuat untuk belajar membatik.

"Ada beberapa warga yang mengeluh setelah beberapa hari belajar membatik di sini karena pekerjaan membatik memerlukan ketekunan dan kesabaran," katanya.

Ia mengemukakan, untuk membatik pada sepotong kain biasanya diperlukan waktu selama 1-2 hari sesuai dengan pola yang diinginkan oleh pemesan. "Kami harus berhati-hati untuk membatik di sepotong kain supaya hasilnya tidak mengecewakan konsumen," katanya.

Sejauh ini, kata dia, anak keduanya sudah mulai membantu dirinya membatik di sepotong kain, namun motifnya tidak terlalu rumit. "Hanya anak kedua saya yang mau belajar membatik seperti saya, sedangkan yang lain tidak mau belajar membatik," katanya.

Pembatik lainnya, Mahfidatul, mengaku belajar batik Sumberjambe dari ibunya sejak kecil karena pekerjaan ibunya sehari-hari adalah membatik di sebuah industri rumah tangga batik di Jember.

"Memang pekerjaan membatik adalah pekerjaan yang turun temurun yang harus dilestarikan oleh masyarakat Jember," katanya.

Ia menjelaskan, seorang pembatik harus memiliki kesabaran yang cukup tinggi karena pekerjaan membatik tidak seperti pekerjaan lainnya yang harus cepat. "Saya tidak menyesal bekerja sebagai pembatik, meski penghasilanya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari," katanya.

Untuk membatik tulis, kata dia, upah yang diterimanya sebesar Rp25 ribu hingga Rp30 ribu per potong kain, padahal membatik tersebut membutuhkan waktu sehari untuk menyelesaikan motof batik sesuai dengan pesanan. "Kalau sehari penuh, saya bisa menyelesaikan batik tulis hanya dua potong kain saja," katanya.

Ia menjelaskan, biasanya batik yang paling laris di Sumberjambe adalah batik bermotif daun tembakau yang dikenal dengan batik Labako yang merupakan batik khas Jember. (nta)
Read Full 0 komentar

Batik Khas Jember Terinspiasi Corak Daun Tembakau

editor Prima Sp Vardhana


DUNIA melalui UNESCO sudah mengakui batik Indonesia sebagai budaya tak-benda warisan manusia, sehingga pengakuan tersebut membuat bangga masyarakat Indonesia yang sudah turun-temurun membuat batik.

Beragam motif dan corak batik ditorehkan dalam sebuah kain putih, sehingga ribuan corak batik dengan berbagai keunikan sudah dihasilkan oleh masyarakat yang notabene sebagai perajin batik di Nusantara.

Seiring dengan perubahan dan perkembangan zaman, perajin batik mulai berbenah untuk mencari motif sesuai dengan selera pasar di tingkat lokal, nasional, bahkan internasional untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi dalam industri batik.

Namun, tidak sedikit perajin batik yang berusaha mempertahankan motif batik yang diyakini bisa menjadi ciri khas suatu daerah tertentu, sehingga masyarakat luas mudah mengenali kain batik tersebut dari corak dan motifnya.

Seperti yang dilakukan Mawardi, seorang perajin batik asal Desa Sumberpakem, Kecamatan Sumberjambe, Kabupaten Jember, Jatim, selama beberapa tahun terakhir ini, ia mencoba mempertahankan motif daun tembakau yang diyakini sebagai motif batik khas Jember.

"Jember merupakan salah satu kabupaten yang dikenal sebagai produsen tembakau, sehingga tidak heran para perajin batik di kabupaten ini berusaha mempertahankan motif tembakau sebagai motif batik khas Jember," kata Mawardi yang sudah menyukai batik sejak kecil ini.

KAYA MOTIF 

Sekilas, batik Sumberjambe terlihat hampir sama dengan batik di daerah lainnya yang kaya dengan motif dan penuh dengan sentuhan seni para pembatiknya, sehingga kain batik memiliki pesona tersendiri bagi pemakainya.

Dengan cekatan dan tangan terampilnya, Mawardi mencoba membuat berbagai motif batik sesuai dengan pesanan konsumen, namun apa pun motif batik yang dibuatnya, ia tidak pernah lupa untuk memadukannya dengan motif daun termbakau.

Ia mengakui, masyarakat tidak banyak yang mengenal batik Jember karena batik Solo, Yogyakarta dan Madura lebih terkenal dibandingkan batik yang sederhana di kabupaten yang kecil di kawasan Besuki ini.

"Beberapa daerah di Jatim ternyata kaya akan budaya batik yang menjadi khas di daerah setempat, termasuk Kabupaten Jember, " kata pria yang memiliki dua anak yang sudah beranjak dewasa ini.

Sejak turun temurun, kata dia, motif daun tembakau dari ukuran kecil hingga ukuran besar selalu menjadi salah satu motif andalan bagi perajin batik di Kecamatan Sumberjambe tersebut.

"Sejak dulu motif batik berupa daun tembakau sudah menjadi ciri khas batik Jember, meski motif itu belum tidak pernah diajarkan secara turun temurun oleh para perajin batik," ujarnya mengungkapkan.

Harga batik Jember juga terjangkau, batik cap dengan bahan kain katun dijual sebesar Rp65 ribu-Rp80 ribu per-potong, batik tulis yang menggunakan bahan kain katun dijual dengan Rp85 ribu-Rp150 ribu perpotong.

Untuk batik dari bahan kain sutera dijual dengan harga Rp300 ribu perpotong, apabila menggunakan batik cap harganya sekitar Rp125 ribu per-potong. Harga ini lebih murah dibandingkan sejumlah harga kain batik di beberapa daerah.

Menurut dia, banyak warga Jember dan luar Jember yang memesan batik dengan motif daun tembakau karena sudah menjadi ciri khas Kabupaten Jember, yang dikenal sebagai kota tembakau.

"Kami berusaha mengikuti selera pasar terkait dengan motif batik yang ada, namun kreasi motif baru itu selalu dipadukan dengan motif daun tembakau," katanya.

MOTIF DAUN

Ia menjelaskan, hampir sebagian besar warga Jember dan luar Jember memilih motif tembakau yang dikombinasikan dengan motif bunga, parang dan tumbuhan yang dibuat semenarik mungkin, sehingga kombinasi coraknya serasi.

Sejauh ini, kata dia, perajin batik di Kecamatan Sumberjambe berusaha mempertahankan motif daun tembakau sebagai motif yang khas Jember, meski beberapa perajin batik di luar Jember menggunakan motif daun tembakau.

"Kami tidak bisa melarang perajin batik lain yang menggunakan motif tembakau karena pembuatan motif batik merupakan kreasi pembatik untuk menarik konsumen. Alhamdulillah di sini, masih banyak yang memesan batik dengan motif daun tembakau," paparnya.

Imbauan Presiden untuk menggunakan baju batik dalam acara resmi, kata dia, memiliki dampak yang luar biasa yang dirasakan para perajin batik di Jember, yakni meningkatnya jumlah pesanan kain batik sebagai sebagai seragam sejumlah instansi pemerintah dan perusahaan swasta.

"Para pembatik di sini sempat kewalahan dan harus kerja ekstra keras untuk menyelesaikan berbagai pesanan batik tulis dan batik cap," tuturnya.

Buruh pembatik di UD Bintang Timur, Sofia, mengaku, gembira dengan banyaknya pesanan batik di Kecamatan Sumberjambe, sehingga para buruh pembatik juga mendapatkan upah yang lumayan banyak seiring dengan banyaknya jumlah pesanan.

Sebagian besar perempuan di Desa Sumberpakem menjadi buruh pembatik di beberapa perajin batik di desa setempat untuk menambah penghasilan suami mereka yang sehari-hari menjadi buruh tani.

"Tidak semua warga di sini bisa membatik, namun membatik adalah warisan secara turun temurun. Saya belajar membatik dari ibu saya dan akan saya teruskan kepada anak perempuan saya," katanya.

Sebagian besar motif kain batik tulis yang dikerjakan, lanjut Sofia, adalah motif daun tembakau dengan berbagai ukuran dan kombinasi motif lain yang dipadukan secara serasi, sehingga motif khas Jember selalu ada dalam setiap potong kain batik.

BELUM MENGENAL

Belum dikenalnya batik Jember dan pangsa pasar yang masih sulit membuat sejumlah pihak khawatir akan perkembangan batik tulis dengan motif tembakau yang terkesan sederhana dan kurang diminati.

Kepala Dinas Koperasi dan UKM Jember, Mirfano, mengatakan, masyarakat luas belum mengenal batik khas Jember karena masih banyak warga Jember yang enggan menggunakan batik lokal buatan perajin batik Sumberpakem, sehingga hal itu yang menjadikan promosi batik dengan motif tembakau kurang dikenal di tingkat lokal, nasional dan internasional.

"Sebagai warga Jember seharusnya bangga menggunakan baju batik lokal yang kualitasnya tidak kalah dengan batik di beberapa daerah di Tanah Air," katanya.

Ia optimistis dengan promosi yang dilakukan secara serentak dan massif oleh masyarakat Jember dengan cara menggunakan batik lokal dalam acara resmi di luar daerah Jember, secara tidak langsung warga Jember ikut mempromosikan batik yang memiliki motif tembakau tersebut.

"Kami sudah mengedarkan surat imbauan kepada seluruh satuan kerja perangkat daerah (SKPD) dan perusahaan swasta untuk menggunakan batik lokal, minimal sehari dalam enam hari kerja," ujarnya.

KESULITAN MODAL 

Selain promosi yang kurang, lanjut dia, kesulitan mendorong pertumbuhan ekonomi di bidang industri batik juga menjadi kendala tersendiri bagi perajin batik untuk mengembangkan industri batik yang ada di Kabupaten Jember.

Menurut dia, pihaknya berupaya membantu memberikan modal melalui Bank Keluarga Miskin (Bank Gakin) kepada sejumlah perajin batik yang kabarnya kesulitan modal untuk mengembangkan industri batik supaya pertumbuhan "home industry" batik di Desa Sumberpakem tidak gulung tikar.

"Kami berusaha untuk membantu usaha batik mereka dengan mengucurkan sejumlah program bantuan modal dari Perbankan dengan bunga rendah," katanya.

Sejauh ini, teknologi untuk membatik di Jember masih sangat sederhana, sehingga belum memenuhi standar yang layak untuk bersaing di pasar tingkat nasional dan internasional.

"Perajin batik harus mengembangkan wawasan sedemikian rupa untuk mengembangkan motif batik yang diminati pasar, tanpa meninggalkan motif khas Jember berupa daun tembakau," katanya.

Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan serta Penanaman Modal Jember, Hariyanto, mengemukakan, batik Jember memang belum dikenal oleh masyarakat luas karena motifnya hanya monoton, sehingga kurang diminati oleh konsumen.

"Kalau dulu motifnya itu-itu saja (monoton) dan variasi corak kurang, sehingga tidak layak jual ke pasar baik tingkat lokal maupun nasional" katanya.

Untuk itu, kata dia, pihaknya berupaya memberikan pelatihan dan ketrampilan tambahan kepada perajin batik supaya bisa mengembangkan kreasi motif tembakau dan membuat sebuah terobosan inovatif untuk memajukan industri batik.

"Sebanyak 20 perajin batik pernah diberangkatkan untuk mengikuti 'workshop' terkait dengan inovasi batik, sehingga mereka memiliki wawasan tambahan dalam mengembangkan batik lokal," paparnya.

Di Jember, ada tiga kelompok industri rumah tangga yang mengembangkan usaha batik yang memiliki puluhan buruh pembatik yang berasal dari warga desa setempat.

"Kami meminta kepada perajin batik untuk mengembangkan kreasi motif batik yang diminati pasar, tanpa meninggalkan motif daun tembakau yang menjadi ikon Kabupaten Jember," ucapnya.

MENGENALKAN BATIK

Keterbatasan wawasan yang dimiliki perajin batik dan modal usaha menjadi kendala tersendiri bagi perkembangan batik Jember, sehingga sejumlah satuan kerja perangkat daerah (SKPD) berusaha untuk mengatasi persoalan tersebut dan mencoba mencari solusinya.

Untuk mempromosikan batik Jember, lanjut dia, pihaknya selalu berpartisipasi dalam pameran batik di tingkat lokal dan nasional untuk mengenalkan batik Jember kepada masyarakat luas.

"Beberapa kali kami ikut pameran produk Indonesia, minat warga luar Jember terhadap batik yang bermotif daun tembakau cukup besar," katanya.

Kendati motif daun tembakau menjadi ciri khas batik Jember, pihak pemkab setempat tidak memiliki keinginan untuk mematenkan motif tembakau sebagai motif batik khas Jember.

"Kami pikir tidak perlu mematenkan motif daun tembakau sebagai motif khas Jember, karena batik secara umum sudah ditetapkan sebagai budaya Indonesia oleh UNESCO," katanya.

Pemkab Jember, kata dia, memiliki sebuah gerai di kawasan wisata Bali, sebagai upaya mengenalkan batik Jember kepada warga negara asing yang sedang berlibur di Pulau Dewata.

"Kami sudah menjalin kerja sama dengan beberapa toko kerajinan di Amerika Serikat (AS), Belanda, Jerman, Australia dan India untuk memasarkan batik dengan dominasi motif tembakau," katanya.

Sejumlah negara tersebut terkadang mengirimkan pola motif batik yang diminati oleh warga di sana ke perajin batik di Jember untuk dibuat kain batik tulis dengan corak dan motif sesuai dengan pesanan warga di sana.

"Dengan kerja sama seperti itu, perajin batik di Jember bisa mempelajari sejumlah corak yang diminati warga negara asing," katanya.

Sementara anggota DPRD Jember, Ahmad Halim, mengaku bangga terhadap batik Jember yang memiliki ciri khas tertentu, yakni dengan motif tembakau yang terkesan sederhana namun eksotik, apabila dikombinasikan dengan beragam motif.

"Memang benar banyak warga Jember yang belum menggunakan baju batik lokal, sehingga promosi hanya dilakukan oleh pihak perajin batik dan kurang maksimal," katanya.

Ia berharap, pemerintah bisa memberikan pembinaan khusus kepada para perajin batik, terutama yang telah banyak memberikan kontribusi dalam mengurangi pengangguran dan ikut melestarikan batik tulis Sumberjambe.

"Pemkab seharusnya mematenkan motif tembakau sebagai motif batik khas Jember, supaya perajin batik bisa termotivasi untuk mengembangkan motif kreasi tembakau yang lebih mempesona," kata politisi Partai Kebangkitan Bangsa ini.

Apabila dunia sudah mengakui batik sebagai budaya Indonesia, tentu masyarakat harus menjaga warisan nenek moyang tersebut dengan melestarikan batik di masing-masing daerah, yang memiliki ciri khas tertentu. (nta)
Read Full 0 komentar

Gapura Wringin Lawang

Kamis, 17 September 2009

GAPURA Wringin Lawang terletak di desa Jati Pasar kecamatan Trowulan kabupaten Mojokerto, salah satu dari sekian banyak peninggalan Majapahit, menurut buku History Of Java I 1815 disebut jug sebagai Gapura Jati Pasar. Wringin Lawang sendiri artinya Pintu Beringin, katanya dulu disekitar Gapura ini ada dua beringin berjajar sebagai arah untuk masuk ke Majapahit.


Selain tangga yang terbuat dari batu Gapura Wringin Lawang dibangun dari susunan bata, bentuk gapura adalah candi bentar (candi terbelah dua) dengan tinggi bangunan sekitar 15,50 m jarak antara gapura 3,5 m. Saat penggalian sebelah utara dan selatan ditemukan tumpukan bata diperkirakan merupakan tembok yang mengelilingi gapura tersebut. DIsebelah barat daya ditemukan 14 titik sumur berbentuk silindrik dan kubus

Gapura tersebut ditemukan pada tahun 1912 pada saat ditemukan kondisi sebagian tubuh dan puncaknya telah hilang tetapi setelah dipugar kembali sekrang sudah kembali utuh tetapi bentuk gapura nya tidak sama. 

Gapura tersebut menghadap ke barat diartikan gerbang menuju sebuah kompleks bangunan (wilayah kerator/gapura luar kompleknya disebelah barat) sedangkan menurut cerita Rakyat Gapura itu merupakan Gerbang menuju Kompleks bangunan di sebelah timur. 

Belakangan ini di Gapura Waringin Lawang mulai sering diadakan ritual-ritual contohnya ritual suro. (prima sp vardhana)
Read Full 0 komentar

Masjid Ampel, Wisata Religi Buruan Wisatawan

Jumat, 11 September 2009

MASJID Sunan Ampel merupakan salah satu tempat wisata religi yang ada di Surabaya. Keberadaan masjid berusia sektar 600 tahun itu sampai sekarang masih dipertahankan keberadaa dan fungsinya. Saat berkunjung ke kawasan tersebut, jangan heran anda bergeliat dengan peziarah lain yang berkunjung dari dalam dan luar kota Surabaya, karena kawasan ini merupakan kawasan makam salah satu Wali Songo yakni Sunan Ampel

Namun, masjid yang dibangun Sunan Ampel itu kini sudah tiga kali mengalami perluasan yakni tahun 1926, 1954, dan 1972. Kini, luas salah satu masjid tua di Indonesia itu mencapai 1.320 meter persegi dengan panjang 120 meter dan lebar 11 meter.

Faktor historis itu agaknya membuat Masjid Ampel juga marak dikunjungi puluhan wisatawan asing dari berbagai negara selama ramadhan dan di luar bulan puasa itu.

"Biasanya hanya 2-3 wisatawan asing yang datang setiap hari, tapi selama ramadhan meningkat hingga puluhan orang asing setiap hari," kata juru kunci Masjid Ampel Surabaya, H. Abdul Hamid.

Ia mengatakan, wisatawan asing yang datang berasal dari China, Prancis, Belanda, Italia, Malaysia, Arab Saudi, Jepang, Brunei Darussalam, Filipina, Jerman, Yunani, Selandia Baru, dan sebagainya.

Menurut dia, wisatawan asing itu umumnya melihat bentuk bangunan masjid Ampel yang dibangun sejak tahun 1421 M itu, kemudian mereka juga berziarah ke makam Sunan Ampel. "Mereka senang melihat banyaknya masyarakat yang berkunjung ke Masjid Ampel, karena hal serupa tidak ada di negaranya, karena itu Masjid Ampel masuk dalam agenda kunjungan wisata internasional, " katanya.

Agaknya, kendati tidak mengikuti tradisi "maleman" di Masjid Ampel, para wisatawan asing itu tertarik dengan arsitektur masjid yang sudah tua tapi keasliannya tetap terpelihara.

"Tidak hanya itu, mereka juga banyak belajar tentang pengembangan agama ala Sunan Ampel yang mengedepankan jalur pelajaran budi pekerti (akhlak), seperti ajaran 'Moh Limo' (Lima Tidak) yakni 'moh main' (tidak judi), 'moh minum' (tidak mabuk), 'moh maling' (tidak mencuri atau korupsi), 'moh madat' (tidak candu atau narkoba), dan moh madon (tidak main perempuan atau berzinah)," tuturya.

Gerbang masuk kawasan ini diawali dengan lorong yang berjajar berbagai penjual, mulai dari pakaian muslim, buah-buahan, kurma, minyak wangi, kerudung sampai kaset lagu-lagu islami. Lorong itu dikenal sebagai kampung Qubah. 

Di ujung Lorong itulah terletaklah Masjid Ampel yang Megah. Sudah beberapa renovasi yang dilakukan oleh pemerintah demi kemajuan tempat wisata ini. Di Masjid inilah para peziarah beristirahat dan menghadap Allah DWT. Mereka beriktikaf, membaca al-Qur’an dan beribadah fardlu (wajib) ataupun sunnah.

Di halaman samping masjid itu terletak pemakaman Mbah Bolong, Mbah Soleh dan pusat keramaian ziarahnya yaitu makam Sunan Ampel yang merupakan Sunan Tertua dari Wali Songo.

Di Makam Sunan Yang bernama asli Raden Achmad Rahmatullah ini sayup-sayup terdengar alunan Surat Yaasiin dibacakan para peziarah. Biasanya setelah membaca surat tersebut para peziarah akan berdoa, baik memohon ampunan Allah atas dosa dankesalahan Sunan Ampel serta para santrinya. Juga mohon ampunan atas dosa pribadi dan petunjukNya dalam menjalani hidup di dunia untuk selamat dunia akherat.

Meskipun waktu telah menunjukkan Tengah malam, suasana di kawasan yang terletak di jalan Ampel ini jumlah pengunjung justru semakin bertambah, mereka beranggapan kalau beriktikaf dan berziarah pada malam hari lebih banyah keberkahannya daripada saat matahari bersinar.

Pengunjung akan membludak saat bulan Ramadhan, karena disana juga diadakan Sholat Tarawih berjamaah yang sistemya seperti Masjid Agung Surabaya. Untuk shalat tarawih di Ampel, jumlahnya 20 rakaat dan ditambah 3 rakaat witir. Bedanya, setiap kali shalat tarawih, imam shalat tarawih menghabiskan satu juz Al Quran, sehingga dalam satu bulan ramadhan dapat mengkhatamkan Al Quran sebanyak 30 juz.

"Karena mengkhatamkan satu juz, maka setiap tarawih dibutuhkan waktu sekitar 1,5 jam, sehingga kalau shalat tarawih di masjid lain sudah selesai justru di Masjid Ampel baru selesai agak malam, apalagi Masjid Ampel memiliki Lembaga Pendidikan Bahasa Arab," katanya .

Selain itu, pengurus Yayasan Masjid Ampel juga menyiapkan ratusan bungkus makanan takjil (sajian pembuka untuk mempercepat buka puasa) yang dananya diperoleh dari peziarah yang menyumbang ke Masjid Sunan Ampel.

Perkembangan Wisata Agama tersebut menunjukkan sikap kepedulaian pemerintah kota dalam memajukan wisata religi di Surabaya. Buktinya mereka melakukan beberapa renovasi demi perbaikan Masjid Bersejarah Islami tersebut 

Komplek Makam

Saat Ramadhan seperi saat ini, jumlah pengunjung, peziarah, dan musafir itu pun kian membludak. "Sejak 10 hari menjelang ramadhan, warga Surabaya dan sekitarnya seperti Gresik, Mojokerto, Sidoarjo, Pasuruan, dan Bangkalan, sudah berdatangan ke Makam Sunan Ampel," kata penjaga Makam Sunan Ampel, Muhammad.

Di komplek Masjid Ampel ada tiga makam utama yang menjadi tujuan ziarah, yakni Makam Sunan Ampel dan makam dua santrinya yakni Makam Mbah Bolong (Mbah Sonhaji) dan Mbah Soleh. Di dekat makam Mbah Bolong (Mbah Sonhaji) terdapat 182 makam syuhada haji yang tewas dalam musibah jemaah haji Indonesia di Maskalea-Colombo, Sri Lanka pada 4 Desember 1974. 

Lain halnya dengan Mbah Soleh yang dikenal memiliki sembilan nyawa, karena itu makamnya pun berjumlah sembilan makam. Menurut hikayat, dia sempat hidup-mati sebanyak sembilan kali, karena Sunan Ampel sering merasa kehilangan santrinya yang sangat rajin bekerja itu, sehingga Mbah Sholeh pun hidup saat dibutuhkan Sunan Ampel dan tidak hidup lagi setelah Sunan Ampel wafat.

Sunan Ampel atau Raden Mohammad Ali Rahmatullah merupakan penyebar agama Islam pertama di Pulau Jawa, sedangkan Mbah Bolong dan Mbah Sholeh merupakan murid yang membantunya dalam membangun masjid yang sekarang dikenal dengan Masjid Agung Sunan Ampel itu.

"Selama ramadhan, masyarakat yang berkunjung ke Masjid Ampel juga meningkat dua kali lipat dibanding hari biasa yang rata-rata mencapai 2.000 orang. Pada maleman likuran julahnya bisa mencapai 15 ribu penziarah," katanya.

Menurut dia, pengunjung Masjid Ampel akan semakin banyak lagi pada saat "maleman" (malam tanggal 21, 23, 25, 27, 29 bulan ramadhan). Tradisi "maleman" yang dimaksud adalah pengunjung membaca tahlil, tadarus (membaca Al Quran secara bersama-sama di bulan puasa), shalat sunah, dan iktikaf (berdiam diri di dalam masjid dengan membaca zikir) semalam suntuk.

"Mereka pulang menjelang sahur atau banyak juga yang menginap. Tradisi itu dilakukan terkait dengan ihtiar mencari Malam Lailatul Qadar (malam istimewa yang nilai spiritualnya lebih baik dari seribu bulan)," katanya. 

Dalam buku "Wali Songo" yang diterjemahkan KH Dachlan Abdul Qohar (almarhum) dan diterbitkan ustaz Ibrohim Ghozi pada Haul ke-544 Sunan Ampel (1994) disebutkan bahwa tiang penyangga masjid asli berjumlah 16 tiang dari kayu jati dengan panjang 17 meter, lebar 0,4 meter, dan tanpa sambungan.

Ketika membangun masjid itu, Sunan Ampel dibantu santri-santrinya, di antaranya Mbah Bolong yang dikenal sebagai penunjuk kiblat pada awal berdirinya Masjid Ampel. Dia dijuluki dengan "bolong" (berlubang), karena dia dikisahkan melihat Ka'bah saat melubangi tembok masjid. (vd/nta)

Read Full 0 komentar

White House Daya Tarik Kunjungan Wisatawan


APA yang menarik dari Kota Washington DC, ibu kota Amerikat Serikat? Kesan umum, kawasan itu dirancang rapi dengan arsitektur mengacu gaya Eropa abad pertengahan. Lebih dari itu, kota ini juga mencerminkan hasrat untuk mengabadikan sejarah.

"Kami ingin mengunjungi Obama,” kata beberapa pengunjung di depan The White House, Gedung Putih, pada suatu siang yang sejuk akhir Juni. Berjejal di antara ratusan turis lain, lelaki tersebut melongok-longok tempat tinggal resmi presiden Amerika Serikat (AS) itu dari jauh, dari balik jeruji besi pengaman. Barack Obama, yang menjadi Presiden Ke-44 AS, memang punya daya tarik tersendiri.

Wisatawan dari berbagai negara memang penasaran dengan Gedung Putih. Mereka ingin menyaksikan dengan mata kepala sendiri bagaimana wujud bangunan yang menjadi pusat kekuasaan negara adidaya dan kerap muncul di layar film itu. ”Ternyata, kecil ya,” komentar beberapa turis setelah memelototi gedung itu lama-lama.

Gedung Putih memang tidak terlalu besar, apalagi jika dibandingkan arsitektur kontemporer yang besar-besar. Namun, bangunan hasil rancangan arsitek James Hoban dan dibangun tahun 1792 itu adalah ikon kota, bahkan ikon AS. Brosur resmi terbitan The White House Visitor Center mencatat, gedung itu merupakan bangunan publik tertua di kota itu.

Rumah bergaya georgian itu menjadi tempat tinggal resmi para presiden AS sejak Presiden Kedua AS Johan Adams, tahun 1800. Jadi, selama 200-an tahun lebih, orang-orang nomor satu di negeri itu tinggal di sana, termasuk Barack Obama.

Gedung Putih berdiri di sudut tak jauh dari kawasan terbuka di tengah kota yang biasa disebut National Mall. Dari lapangan terbuka di depan gedung itu, kita bisa melihat The Washington Monument. Ini semacam tugu (obelisk) peringatan untuk mengenang Presiden Pertama AS, George Washington.

Bangunan ini didesain arsitek Robert Mills dan dikerjakan sejak tahun 1848. Bentuknya sederhana, mirip tonggak lurus lancip setinggi 555 kaki lebih atau sekitar 169.294 meter. Berbahan baku marmer, granit, dan batu pasir putih, tugu itu tampak menonjol. Dari seberang Sungai Potomac, monumen itu seperti tonggak putih yang angkuh.

Di salah satu sudut jauh dari National Mall, terdapat bangunan terkenal lain, yaitu The United States Capitol. Gedung yang didirikan tahun 1800-an dengan arsitek William Thornton itu menjadi kantor bagi anggota parlemen AS. Bangunan ini punya kubah besar bergaris di bagian tengah.

Di depan gedung, ada kolam besar. Saat malam hari, air kolam merefleksikan bayangan gedung berhias lampu temaram. ”Walaupun untuk kantor resmi, gedung ini terasa indah,” kata seorang pengunjung perempuan asal Meksiko.

White House, Washington Monument, dan United States Capitol berdiri pada titik segitiga di jantung kota Washington DC. Pada jarak lurus antara Washington Monument dan United States Capitol, terdapat jalur besar yang biasa disebut National Mall. Dari jalur terbuka inilah, para wisatawan leluasa mengamati kota.

Tiga bangunan itu merefleksikan semangat kebangsaan modern AS. White House mewakili kekuasaan eksekutif. United States Capitol mencerminkan ruang kebebasan dari para wakil rakyat. Washington Monument tanda kenangan sejarah bangsa modern yang merdeka tahun 1776 itu.

Tata kota

Di luar soal simbol, ketiga bangunan itu menggambarkan tata kota Washington DC yang rapi. Dari tiga titik itu, menyebar berbagai bangunan, taman, dan jalur-jalur jalan raya. Setiap jalan punya sempadan yang cukup nyaman untuk lalu lintas para pejalan kaki.

Washington DC (singkatan dari District of Columbia) didirikan tahun 1790. Kota pinggir Sungai Potomac ini didesain arsitek Perancis, Pierre Charles L’Enfant, sebagai ibu kota negara. Rancangannya bergaya Eropa abad pertengahan.

Hingga kini, gedung-gedung lama peninggalan masa itu masih terjaga. Bangunan itu rata-rata bergaya neoklasik, georgian, atau gotik dengan tiang-tiang besar dan beberapa ornamen. Namun, bangunan baru cenderung bergaya modern, bebas, meski tetap berangkat dari kebutuhan fungsi. Semua gedung di kota itu tak boleh lebih tinggi dari United States Capitol dan Washington Monument.

Monumen

Menyusuri Washington DC lebih saksama semakin terasa hadirnya banyak bangunan untuk memperingati sejarah atau pahlawan. Lurus di depan The Washington Monument, misalnya, terdapat taman peringatan Lincoln Memorial dan Vietnam Veterans Memorial. Di samping kanan tugu, ada dua taman peringatan lain, yaitu Franklin Delano Roosevelt Memorial dan Thomas Jefferson Memorial. Ketiganya presiden AS yang dikenang dengan berbagai jasa.

Di tengah pertigaan jalan, banyak dibuat taman melingkar. Di situ, berdiri patung-patung para jenderal dari masa-masa peperangan. Beberapa di antara mereka digambarkan naik kuda dengan gagahnya.

Mengamati berbagai bangunan monumen itu, sepertinya kota ini dibuat untuk mengabadikan sejarah, kebanggaan, dan kebesaran AS. Negeri ini serius mengukuhkan sejarahnya lewat sebuah kota.

Sumber : Kompas Cetak

Read Full 0 komentar

Makam Mbah Kholil Langganan Pejabat Mencari Berkah



oleh Nabila M. Rahman/ Prima Sp Vardhana 

ALMARHUM Mbah Kolil Bangkalan sangat populer di kalangan para santri ataupun abangan yang ada di Jawa Timur. Selain dikenal sebagai sosok Kyai dengan nama Syaichona Kholil Bin Abdul Latif, yang bijak dalam menyampaikan dakwahnya. Sehingga siapa pun yang mendengar nasehatnya dijamin isi wasiahnya akan lagsung nancep ke sanubari.

Tidak hanya itu, Mbah Kolil juga sangat membumi sebagai seseorang yang diyakini masyarakat memiliki hubungan dengan dunia gaib. Sehingga almarhum memiliki kekuatan linuwih yang dapat memerintah bangsa jin untuk membantu masyarakat atau seseorang yang berharap jabatan di pemerintahan. Kendati ada pejabat yang mampu memberi nasehat tentang dunia gaib dan kemistikan, bahkan beiau juga mampu memberikan idzim (jimat) pada para pejabat Jatim dan Indonesia yang bersedia sowan dan mohon pertolongan. Juga, masyarakat awam yang meminta jimat untuk mencari rezeki dan keselamatan dunia.

Di bulan Ramadhan 1430 Hijriah, para musafir (petualang) dari berbagai daerah banyak mendatangi Pesarean (makam) Syaichona Kholil Bin Abdul Latif di Desa Martajasah, Kecamatan Kota, Kabupaten Bangkalan, Madura, Jawa Timur.


"Sejak memasuki bulan suci Ramadhan 1430 H, mereka yang datang ke pesarean umumnya para musafir yang melakukan khataman Al Quran dan berzikir di pesarean itu," kata Pengurus Kantor Pesarean Syaichona Kholil, Mohammad Rawidi Al Sambari.


Kondisi semacam itu jauh berbeda dengan sebelum bulan suci ramadhan, sebab pengunjung sebelum ramadhan adalah para peziaran dari berbagai kota di Indonesia yang datang secara rombongan.


"Bila hari biasa hanya 20 sampai 25 musafir, namun pada bulan puasa meningkat dua kali lipat menjadi 50 orang," ungkapnya.


Aktivitas para musafir dalam mendekatkan diri pada Sang Maha Pencipta itu bermacam-macam. Hal itu sesuai dengan kemampuan dan kepercayaan dari masing-masing musafir itu sendiri.


"Ada yang puasa bisu (tidak berbicara) dan ada juga yang tidak tidur selama 24 jam, sehingga badannya kurus seperti orang sakit ?," ujarnya.


Dalam berkomunikasi, musafir yang puasa bisu dengan orang lain itu memakai bahasa nonverbal atau isyarat. Mereka meyakini hanya dengan cara seperti itu bisa mendekatkan diri pada sang Kholik.


"Untuk urusan makan, bagi para musafir tidak ada masalah, ada saja rezeki dari warga setempat. Misalnya, ada warga yang punya nazar lalu menggelar tumpengan di sini dan dimakan para musafir," ungkapnya.


Lain halnya dengan para peziarah. Sebelum bulan puasa, jumlah peziarah yang datang membeludak, bahkan naiknya sampai empat kali lipat dari hari-hari biasa.


Peziarah yang datang dapat mencapai 100 rombongan dengan setiap rombongan berkisar antara 30 hingga 50 peziarah.


Namun, memasuki minggu pertama bulan suci ramadhan jumlah peziarah yang datang ke sana menurun drastis yakni hanya belasan rombongan dalam sehari.


Para peziarah yang datang tidak hanya berasal dari Pulau Madura, melainkan dari luar Madura seperti Jawa dan Sumatra.




                                                                                              Wapres Jusuf Kalla


Para peziarah yang datang umumnya membaca doa tahlil untuk Syaichona Kholil.


Salah seorang peziarah, Hj Siti Hajar, mengatakan, dirinya datang ke Pesarean Syaichona Kholil bersama keluarganya.


"Saya pergi ke pesarean karena ingin mendapatkan berkah. Saya datang ke sini bersama anak saya untuk mengirim doa pada Mbah Kholil, sebab perjuangan beliau dalam menegakkan agama Islam pantang menyerah," katanya.


Menurut dia, dirinya sengaja berkunjung ke pesarean minggu pertama di bulan suci ramadhan, sebab pada awal bulan puasa biasanya peziarah yang datang tidak terlalu banyak, melainkan relatif sepi.


"Kami sengaja datang ke sini sekarang, karena kami mencari hari yang sepi. Jika menjelang puasa dan menjelang hari raya akan banyak peziarahnya. Saya 'kan sudah tua sehingga tidak kuat berdesak-desakan dengan peziarah lain," ucapnya.


Diperkirakan, peziarah akan kembali meningkat memasuki hari ke-15 di bulan ramadhan hingga H-2 Hari Raya Idul Fitri, sesuai dengan kebiasaan pada tahun-tahun sebelumnya.


"Setelah itu, pengunjung kembali normal dengan angka 30 hingga 50 rombongan," ucapnya.


Salah seorang keturunan Syeh Moh Kholil, KH Imam Buchori Cholil, mengatakan, pesarean tersebut dari dulu sudah ramai dikunjungi para peziarah, mulai orang biasa, tokoh masyarakat, hingga pejabat negara.


Bahkan, Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla, juga pernah melakukan ziarah ke Pesarean Syaikhona Kholil, saat mencalonkan diri sebagai Presiden pada Pilpres 2009.


"Peziarah yang datang ke pesarean tidak hanya dari kalangan masyarakat biasa, tapi pak Jusuf Kalla pernah ziarah ke sini," ucap Imam.


Bagi para peziarah yang datang ke pesarean Syaichona Kholil diminta mematuhi segala aturan yang ada untuk menjaga kesopanan di areal pesarean.


"Bagi para peziarah diharapkan mematuhi seluruh aturan yang ada. Itu dilakukan untuk kepentingan bersama," katanya.




                                                                                                                           Dongkrak Ekonomi


Keberadaan Pesarean Syaichona Kholil bisa mendongkrak perekonomian masyarakat setempat, karena warga sekitar bisa berjualan mulai dari makanan hingga berbagai souvenir khas Madura.


"Keuntungan yang mereka kantongi dari hasil berdagang lumayan besar. Jika ramai mereka bisa mendapatkan untung antara Rp100 ribu hingga Rp150 ribu per hari," kata seorang penjual souvenir, Maimunah.


Namun, bila sepi, penghasilan bersih yang mereka raih hanya Rp20 ribu hingga Rp30 ribu.


"Kalau seperti sekarang ya sepi. Dalam sehari, saya hanya mengantongi uang Rp20 ribu saja, tapi kalau ramai bisa mendapatkan Rp125 ribu dalam sehari," katanya.


Menurut dia, dagangannya laku keras menjelang hari raya dan menjelang bulan puasa, sebab peziarah yang mengunjungi Pesarean Syaichona Kholil membeludak.


"Ya, cukuplah untung segitu bisa dibuat biaya anak sekolah dan untuk tambahan kebutuhan hidup sehari-hari, " ucapnya.


Menurut cacatan Pemkab Bangkalan, Pesarean Syaichona Kholil merupakan satu dari delapan tempat wisata yang ada di wilayah yang selama ini paling banyak didatangi pengunjung.


Tempat wisata religi itu termasuk tempat wisata bersejarah, karena Syaichona Kholil sendiri merupakan tokoh ulama yang dikenal getol menyebarkan agama Islam di Madura.


Figur Syaichona Kholil dikenal sebagai ulama berpengaruh pada zamannya. Belum ada sumber resmi yang menyebutkan, kapan tokoh ulama karismatik itu dilahirkan, tapi Syaichona Kholil dikenal sebagai pemimpin ulama di Madura dan Jawa.


Bahkan, ia merupakan guru dari Hadratussyeikh KH Hasyim Asy'ari asal Jombang, kakek dari mantan Presiden RI, KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur).


Dalam buku yang ditulis Mujammil Qomar, ia juga dianggap salah seorang pelopor dan memiliki andil besar beridirnya organisasi Islam terbesar di Indonesia yakni Nahdlatul Ulama (NU).


Selain memiliki peran yang sangat penting dalam proses pendirian NU, Syaichona Kholil Bangkalan juga dianggap sebagai bapak spiritual NU karena juga berperan dalam menumbuhkan tradisi tarekat di Madura. (bil/nta)


Read Full 0 komentar

Perusak Situs Majapahit Bisa Diganjar Penjara

Sabtu, 20 Juni 2009

oleh Prima Sp Vardhana/ berbagai sumber

PERUSAKAN  situs sejarah atau kawasan cagar budaya akibat pembangunan Pusat Informasi Majapahit (PIM) bisa diganjar dengan pasal berlapis. Hal tersebut dikemukakan anggota tim evaluasi pembangunan PIM sekaligus ketua LSM Gotrah Wilwatikta, Anam Anis,  7 Januari silam.

Menurut Anis, selain diancam dengan tuntutan primer Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya, pelaku juga bisa dijerat dengan tuntutan subsider pasal 406 KUHP.

Ancaman pidana dalam pasal 406 KUHP menyebutkan hukuman penjara dua tahun jika ada kesengajaan melawan hukum untuk menghancurkan, merusakkan, membikin tak dapat dipakai, atau menghilangkan barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang lain.

Kasatreskrim Polres Mojokerto AKP Rofiq Ripto Himawan menyebutkan, pada tahap awal polisi memang sudah melakukan penyelidikan ke lokasi pembangunan PIM dan menanyai sejumlah orang di lokasi tersebut pada Selasa (6/1) sore.

"Pada prinsipnya kita baru mengumpulkan informasi. Sementara ini kita belum melihat bahwa pembangunan itu ada unsur kepentingan pribadi," katanya.

Kepolisian Resor (Polres) Mojokerto awal pekan depan akan memeriksa proyek pembangunan Pusat Informasi Majapahit (PIM) terkait kerusakan situs kerajaan.

Kepala Satuan Reserse Kriminal (Kasatreskrim) Polres Mojokerto, AKP Rofik Ripto Himawan mengatakan, pihaknya telah menyampaikan surat panggilan dan akan memeriksa sejumlah pihak pelaksana proyek PIM, Senin (12/1). "Surat pemanggilan pemeriksaan sudah kami layangkan kepada sejumlah pihak yang berhubungan dengan proyek tersebut," kata Rofik saat dikonfirmasi di Mojokerto, tanpa menyebut secara rinci siapa saja yang dipanggil pada awal pekan depan.

Pada proses pemeriksaan nanti, pihaknya lebih terfokus dengan materi dugaan pelanggaran UU Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya. "Karena dari informasi yang kami terima, banyak benda-benda cagar budaya yang mengalami kerusakan pada proyek tersebut," katanya.

Menyinggung pelanggaran Pasal 406 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) tentang perusakan dan penghancuran barang milik orang lain, pihaknya belum melihat kemungkinan mengarah ke sana. "Untuk sementara kami masih terfokus dengan pelanggaran benda cagar budaya dulu. Namun, kalau ada perkembangan tentang adanya perusakan barang milik orang lain, seperti yang tertera daam Pasal 406 KUHP, tentunya akan kami lakukan," katanya.

Rofik menegaskan, jika langkah yang diambil pihak kepolisian saat ini masih berkutat seputar pemeriksaan sejumlah pihak proyek pelaksanaan PIM. "Kalau masalah penetapan siapa yang jadi tersangka itu masih belum. Lihat perkembangan dulu lah," katanya.

Read Full 0 komentar

Proyek PIM yang Menghebohkan


Oleh Henri Nurcahyo

Rencana membangun gedung Pusat Informasi Majapahit (PIM) ternyata menggegerkan. Proses pembangunannya dianggap merusak tatanan, karena dibangun persis di atas situs bersejarah, dan sekaligus merusaknya. Maka berbagai pihak saling lempar kesalahan, saling tuding. Bahkan masyarakat yang tahu apa-apa juga kena tudingan kesalahan. Mengapa bisa begitu? 


Masterplan PIM itu sendiri sebenarnya sudah dibuat dan beredar tahun 2005. Menurut rencana PIM sebagai bagian dari Majapahit Park itu dibangun tiga lantai. Majapahit Park adalah proyek ambisius pemerintah untuk menyatukan situs-situs peninggalan ibu kota Majapahit di Trowulan dalam sebuah konsep taman terpadu, dengan tujuan menyelamatkan situs dan benda- benda cagar budaya di dalamnya dari kerusakan dan menarik kedatangan turis, dan sekaligus sebagai sarana edukatif dan rekreatif. 

PIM sendiri nantinya akan berupa bangunan berbentuk bintang bersudut delapan yang disebut Cungkup Surya Majapahit, lambang Kerajaan Majapahit. Rencananya, di bawah Cungkup Surya Majapahit itu akan dipamerkan sejumlah koleksi PIM yang belum banyak terekspos. Pengunjung juga bisa berjalan di atas ubin kaca dan melihat langsung struktur bangunan Majapahit yang berada di bawahnya.

Peletakan batu pertama PIM dilakukan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik, 3 November 2008. Lokasinya di tanah lapang bersebelahan dengan Museum Trowulan yang sejak 1 Januari 2007 diubah namanya menjadi Pusat Informasi Majapahit. Meski dalam perjalanannya ditemukan sejumlah peninggalan bersejarah, seperti dinding sumur kuno, gerabah, dan pelataran rumah kuno, hal itu tak dihiraukan. Tanah terus digali dan benda bersejarah itu dijebol untuk pembangunan sekitar 50 tiang pancang beton Pusat Informasi Majapahit (PIM). Di sekitarnya, batu bata kuno berukuran besar dan berwarna kehitaman peninggalan zaman Majapahit dibiarkan berserakan.

Bangunan Trowulan Information Center (disebut juga Pusat Informasi Majapahit), yang memakan lahan seluas 2.190 meter persegi dan dirancang oleh arsitek Baskoro Tedjo itu adalah tahap pertama dari keseluruhan proyek senilai Rp 25 miliar, yang direncanakan selesai dalam tiga tahun mendatang. Ironinya, proyek pembangunan itu justru memakan korban situs itu sendiri, bahkan di tahap yang paling awal.

Sampai di sini, geger tak akan meledak kalau saja Harian Kompas tidak memberitakannya awal Januari yang lalu. Pemerintah dituduh melakukan perusakan karena proyek PIM tanpa Izin Mendirikan Bangunan (IMB), tidak mempunyai kajian Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal), tak punya studi kelayakan, dan tak melibatkan Balai Arkeologi Yogyakarta sebagai pengemban tugas penelitian di wilayah DIY, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Hal tersebut tidak saja melanggar Undang-Undang Nomor 5 tentang Benda Cagar Budaya, tetapi juga tak sesuai dengan etika profesi arkeolog dan hati nurani.

Kepala Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jawa Timur, Drs. I Made Kusumawijaya, M.Si, mengakui bahwa metode pembuatan fondasi dengan cara menggali tanah memang semestinya tidak dilakukan karena akan merusak situs sejarah dalam jumlah banyak. Sekalipun begitu, ia memastikan sejumlah cor beton maupun batu kali yang sudah terpasang untuk fondasi tidak akan diangkat lagi. 

“Perlakuan Pemerintah diibaratkan bapak memperkosa anak dan kemudian memutilasinya,” kata Prof Dr Mundardjito, menggambarkan kerusakan situs akibat proyek PIM senilai Rp 25 miliar tersebut. Walaupun ditunjuk sebagai Tim Evaluasi Pembangunan PIM tanpa SK (surat keputusan), Mundardjito bersama Arya Abieta, Osriful Oesman, Daud Aris Tanudirjo, dan Anam Anis, mengaku telah melakukan evaluasi sebagaimana diharapkan. Namun, yang sangat ia sayangkan, sembilan poin penting yang direkomendasikan, terkesan tidak dipedulikan.

Saling Tuding

Pimpinan proyek pembangunan Majapahit Park, Aris Soviyani, memberikan versi berbeda. Ia bersikeras bahwa tak ada situs Majapahit yang dirusak dengan pembangunan ini. Pernyataan Aris ini didukung oleh Kepala Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Provinsi Jawa Timur I Made Kusumajaya, yang mengatakan bahwa penggalian fondasi untuk pembangunan pusat informasi itu sudah dilakukan dengan memperhatikan kaidah arkeologis. ”Memang harus ada (situs) yang rusak, tetapi yang rusak itu bukan bagian penting,” ujar Made sambil menunjuk tumpukan bongkahan batu bata dari zaman Majapahit yang sudah rusak.

Sedangkan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik,mengakui ada kekeliruan dan kecerobohan dalam proses pekerjaan penggalian terkait pembangunan proyek sehingga merusak bagian-bagian situs sejarah tersebut. Namun semula Menbudpar tetap ngotot membangun PIM di lokasi itu juga, hanya waktunya ditunda. Karena kalau dibangun di lokasi lain diluar Trowulan, tidak ada auranya. 

Sementara itu, Ikatan Arsitek Indonesia Jawa Barat menganggap arsitek yang menangani pembangunan Pusat Informasi Majapahit di Trowulan, Jawa Timur, Baskoro Tedjo, hanya menjadi kambing hitam. Dosen Institut Teknologi Bandung tersebut ditunjuk menjadi arsitek pembangunan PIM ketika masterplannya sudah jadi. ”Dari pengakuan Baskoro, sebelum dia membuat desain peta lokasi PIM, masterplan sudah jadi. Seharusnya pembuat masterplan ini yang harus mempertanggungjawabkan hasil karyanya,” kata Ketua Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Jabar Pon S Purajatnika.

Secara terpisah, Balai Arkeologi Yogyakarta sebagai pengemban tugas penelitian arkeologi di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Timur, tidak pernah dilibatkan. ”Padahal, Situs Majapahit di Trowulan itu merupakan bagian dari sasaran penelitian arkeologi yang dirancang jangka panjang. Secara akademis maupun teknis Balai Arkeologi Yogyakarta tidak pernah dilibatkan dalam perencanaan pembangunan PIM,” kata Kepala Balai Arkeologi Yogyakarta Siswanto.

Anggota DPRD Kabupaten Mojokerto Syaiful Fuad mengungkapkan, pelanggaran yang dilakukan tergolong dalam kategori berat. Semestinya sebelum mendirikan bangunan, pemerintah pusat yang dalam hal ini Menteri Kebudayaan dan Pariwisata (Menbudpar) atau Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BPPP) Jatim yang terlibat di dalamnya harus lebih dulu mempelajari kemungkinan terburuk terkait dampak pembangunan terhadap situs-situs kerajaan yang terendam dalam tanah.

Menurutnya pelanggaran yang dimaksud adalah melawan produk hukum yang dibuat oleh pemerintah sendiri, yakni Perda Nomor 11 Tahun 2002 yang telah diundangkan pada 18 November 2002 tepatnya Nomor 4 seri D tentang IMB. ”Artinya kalau Amdal tidak dilakukan sudah jelas IMB tidak dikantongi oleh pelaksana,” terangnya. Fuad menambahkan kendati PIM merupakan proyek pemerintah pusat dan didanai oleh APBN, pihaknya meminta agar Pemkab Mojokerto selaku pemegang wilayah tidak tinggal diam.

Kepala Bapedalda Kabupaten Mojokerto Heri Suwito mengatakan, sejauh ini pelaksanaan PIM memang belum mengantongi IMB, yang dibuktikan dengan hasil pengkajian Amdal. ”Belum ada izin IMB-nya, makanya kita tidak bisa melakukan pengkajian Amdal,” kata Heri singkat.

Rakyat Juga Dituding

Meski tidak terkait dengan pembangunan PIM, tak urung masyarakat setempat juga tak luput dari tudingan kesalahan. Tudingan itu berbunyi, bahwa kerusakan situs Trowulan akibat industri rakyat pembuatan batu bata justru jauh lebih hebat. Hasil penelitian Pusat Penelitian dan Pengembangan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata menunjukkan, sekitar 6,2 hektar lahan di situs Trowulan rusak setiap tahunnya untuk pembuatan batu bata rakyat.

Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Budaya Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Junus Satrio Atmodjo mengatakan, situs Majapahit di Trowulan mengalami kerusakan sejak tahun 1990. Sedikitnya 5.000 keluarga menggantungkan hidupnya pada industri batu bata yang bahan bakunya berasal dari galian tanah di sekitar situs Majapahit.

Padahal, masyarakat menggali tanah untuk pembuatan batu bata karena tak ada penghasilan alternatif. Masyarakat juga berharap saat menggali tanah bisa menemukan benda-benda bersejarah yang kemudian bisa dijual. “Saya ini kan orang kecil, kalau tidak buat itu (batu bata), lantas makan apa. Sementara cari kerja harian juga sulit,” kata Wanito (54), penduduk di Desa Trowulan, Kecamatan Trowulan, Mojokerto. Wanito sehari-hari membuat patung dari tanah liat bersama sejumlah saudaranya.

Suwadi (56), salah seorang pembuat batu bata, yang melakukan penggalian tanah dan memusatkan usahanya di sebuah lahan persis di belakang Pusat Informasi Majapahit (PIM), mengatakan dirinya sering kali menemukan peninggalan Majapahit. Suwadi sudah bertahun-tahun menjalankan usahanya dan tidak terhitung sudah berapa hektar lahan rusak. Padahal, di lapisan bawah lahan itu ada peninggalan Majapahit.

Relokasi dan Pengusutan

Hasil rapat 8 Januari 2009 dengan puluhan pemangku kepentingan di Direktorat Sejarah dan Purbakala Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, Jakarta, disepakati Situs Trowulan yang rusak akibat proyek PIM harus direhabilitasi dan diteliti kembali dengan melibatkan para ahli. Selain itu, proyek tersebut harus dicarikan alternatif lokasi yang baru (relokasi) ke tempat yang tidak merusak situs.

Taman Majapahit atau Majapahit Park tetap akan dibangun di Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Meski demikian, pembangunan akan didesain ulang dengan cara disayembarakan dan situs yang ada sekarang tidak boleh dirusak. Untuk itu, telah dibentuk tim evaluasi atas proyek tersebut oleh Menbudpar. Secara bertahap, usulan langkah lanjutan atas situs Trowulan meliputi relokasi, rehabilitasi (merekonstruksi situs yang rusak sesuai kaidah arkeologi), penataan ruang, dan penetapan kawasan situs nasional Majapahit.

Namun anehnya, tanggal 14 Januari 2009 Bupati Mojokerto Suwandi mengatakan pembangunan yang didanai pemerintah pusat sebesar Rp 200 miliar itu layak untuk diteruskan. Selain bisa menjadi sarana wisata dan pengetahuan seputar kejayaan Majapahit, PIM dianggap mampu mendongkrak pelestarian budaya di kancah internasional.

Meski demikian, pihak kepolisian melakukan pengusutan dan terus mengumpulkan bukti-bukti bahwa telah terjadi pengrusakan dan pelanggaran hukum. Namun nampaknya kepolisian tak punya bekal yang memadai untuk mengibarkan bendera perang. Sejumlah saksi ahli dipanggil, mangkir datang. Masyarakat nanti akan menilai, apa jadinya jika suatu ketika nanti kepolisian memutuskan “pemerintah dinyatakan sebagai tersangka” kasus perusakan situs purbakala. Atau, bisa jadi kasus ini akan menguap begitu saja. 

Yang jelas, proyek Taman Majapahit ini setidaknya memberi pelajaran sangat berharga, antara lain niat baik saja kalau tidak diaplikasikan dengan baik, hasilnya tidak akan baik. (swaramajapahit@gmail.com)
Read Full 0 komentar
 

© 3 Columns Newspaper Copyright by TRIBUNOASE.COM | Template by Blogger Templates | Blog Trick at Blog-HowToTricks